SUASANA INI, KEHANGATAN YANG AKAN SELALU KU RINDU

Masih tampak sangat jelas di pelupuk mataku suasana pagi itu. Pagi yang cerah dengan bau semerbak bunga pohon jambu yang khas. Sorotan sinar mentari yang hangat dan menentramkan hati. Tanah pelataran rumah yang tampak bagai permadani, semakin indah dengan guratan-guratan bekas disapu. Pagi itu seperti biasanya seorang perempuan paruh baya dengan topi warna merah bergambar logo tut wuri handayani datang ke pelataran rumahku, menjagang sepedanya sambil membawa rentengan berbagai macam sayur mayur. Yu nah begitu ibuku biasa menyapanya. Yu adalah panggilan dalam bahasa jawa yang merupakan singkatan dari mbak yu. Biasa dipakai sebagai panggilan diantara para perempuan paruh baya. Yu nah, beliau adalah tukang sayur langganan setia kami. “mbak ning sayur mbak ning! Terdengar sayup-sayup dari belakang rumah suara yu nah memanggil”. “inggih yu, sekedap” timpal ibuku dari dalam yang tengah sibuk membereskan kamar tidur. Ibuku menghampiri aku dan adikku yang tengah asik bermain orang-orangan di ruang tamu “le, yu nah teko le” seru ibuku kepada kami sambil bergegas keluar. “dek, yu nah teko dek” aku berusaha mengulang seruan ibuku kepada adik yang sekaligus saudara kembarku itu. Aku dan adikkupun segera berhambur keluar bagai anak ayam yang mengekor induknya. Kedatangan yu nah berarti tiba saat bagi kami untuk berburu jajan dan camilan pasar. Jipang dan cucur adalah jajan favorit kami. Jipang adalah jajanan yang terbuat dari beras ketan yang dikukus dan kemudian dijemur dibawah terik matahari hingga kering. Setelah kering kemudian digoreng sampai renyah dan kemudian dilumuri dengan gula karamel diatasnya. Jenis Jipang lain yang aku suka adalah berondong. Hampir sama dengan jipang bedanya berondong ini terbuat dari jagung. Karamel yang digunakan untuk melumurinya berwarna merah mirip seperti gula merah. Sedangkan cucur adalah jajanan pasar yang terbuat dari tepung yang dicetak mirip seperti piring. Pipih di bagian tepinya dan menggembung dibagian tengahnya. Warnanya beraneka ragam mulai dari coklat, ping, dan hijau. Rasanya manis mengenyangkan pula. Bagian favoritku dari cucur adalah di bagian tengahnya. Bagian tengahnya selalu aku sisakan belakangan. Bagi yang tinggal di daerah pedesaan pastilah tidak asing dengan kedua jenis jajanan ini.

Hampir setiap hari ibuku selalu memasak sop, masakan favoritku. Dan Yu nah adalah pemasok daging ayam setia langganan kami.Kadang hari ini pesan ceker ayam dan kepala, besoknya sayap, besoknya lagi dada terus seperti itu. Rasa-rasanya hari-hariku tidak pernah lepas dari ayam, hehe. Keluargaku memang masih dalam kategori berkecukupan karena ayah masih aktif bekerja sebagai karyawan senior di sebuah pabrik rokok di Tulungagung. Tanggungannya pun juga masih belum begitu berat. Kakak perempuanku masih duduk di kelas 3 SD, sedangkan aku dan adikkumasih berumur 3 tahun.

***

Jam 08.00 pagi bertepatan dengan mampirnya yu nah ke rumah kami, adalah waktu ayah berangkat bekerja. Sembari memakai sepatu untuk bersiap berangkat ke pabrik ayah selalu menyempatkan diri untuk bercanda denganku dan adikku di ruang tamu. Setelan seragamnya yang berwarna gelap berpadu dengan kombinasi saku kotak-kotak di dada kanan kiri plus bolpoin tinta yang selalu bertengger mantap di saku kanannya adalah kombinasi yang benar-benar gagah di mataku. Aku suka karisma ayah. Ayahku begitu sayang kepada kami. Setiap malam di ruang tamu ini juga, ayah selalu mengumpulkan kami untuk belajar bahasa inggris. “kui opo le bahasa inggris e?” sambil menunjuk ke arah lampu ruang tamu yang memendarkan cahaya kuning memberikan suasana malam hari yang begitu nyaman. “mm, opo kui jenenge..? Oya lamp pak, lamp!!” teriakku girang karena berhasil mengingat-ingat kata yang dari tadi berputar–putar di otakku. Seringkali aku memakai “jembatan keledai” untuk menghapalkan sesuatu. Untuk kasus ini aku memakai kata “lem” untuk memadankan kata “lamp” untuk lampu. “Pinterrr!! Anake bapak kudu pinter pokoke”. “ileng terus semboyane le, RTB! Opo RTB?” sambil menunjukkan buku kecil bersampul merah bergambar anak-anak SD yang memakai seragam sekolah. “Rajin dan Tekun Belajar!!” jawabku bersemangat. Semboyan ini adalah api penyulut semangatku untuk selalu rajin belajar. Lebih tepatnya lagi ayahlah sumber inspirasiku. Ketika tampak dari kaca besar ruang tamuku ada sebuah mobil pickup berwarna biru tua dengan box putih besar bergambar bunga cempaka yang datang menjemput, ayahpun bergegas untuk berangkat. “Bapak budal sek ya le ” tangannya yang besar menggenggam kepalaku dengan sempurna sembari melempar senyum bahagia seakan siap berjuang ke medan perang demi anak-anak dan istrinya tercinta. Teman seperjuangannya yang selalu mengantar jemput ayah adalah mas Joko. Mobil pabrik sengaja dipasrahkan kepadanya untuk keperluan nyeles setiap harinya.

***

Pukul 09.00 pagi aku dan adikku sudah bersiap-siap duduk manis di depan televisi. Ibukupun juga telah selesai dengan masakannya. “iki le wes mateng sop e” ujar beliau sambil membawa sepiring sop dan bergegas menghampiri kami. Sop ayam buatan ibu terasa begitu nikmat. Aku berani bertaruh kalau sop-sop diluar sana tak akan ada yang mampu menandingi karya tangan ibuku ini. Sambil menikmati suapan dari ibu, acara yang kami tunggu-tunggu telah mulai. Acara satu ini memang tidak pernah kami lewatkan setiap paginya. Sayangnya ayah dan kakak perempuanku tidak bisa bergabung dengan kami untuk menikmati acara ini. Acara TV ini berjudul Keluarga Cemara. Sebuah film yang mengisahkan tentang kisah hidup sehari-hari sebuah keluarga kecil di pelosok sukabumi Jawa Barat yang terdiri dari lima orang anggota keluarga yaitu abah, emak, euis(teteh), cemara(ara) dan juga agil. Ara adalah tokoh utama dalam serial ini. agil adalah adik kecilnya yang super nakal. Kerapkali sifat kekanak-kanakannya membuat ara merasa geram. Namun ketika suasana menjadi tak terkendali teteh atau euis, kakak ara dan agil selalu sukses tampil sebagai kakak yang penuh pengertian dan kedewasaan. Hanya ketika teteh dirundung masalah yang berat abah dan emak selalu menjadi tempat menumpahkan keluh kesahnya. Abah adalah sosok ayah yang sangat bersahaja dan ngemong terhadap ketiga anak perempuannya. Profesinya adalah seorang tukang becak. Sedangkan Emak adalah sesosok ibu rumah tangga yang sangat riang, dekat dan akrab dengan anak-anaknya. Kehidupan keluarga ini begitu sederhana namun sangat bersahaja. Ditengah keterbatasan ekonomi keluarga ini mampu menciptakan suasana keluarga yang harmonis penuh dengan cerita dan keceriaan setiap harinya. Suatu ketika ara kala itu tidak bisa memakai sepatu kesayangannya karena rusak, sepatunya sobek parah dibagian depannya. Sementara dia harus segera bergegas ke sekolah. Tidak kehabisan akal sang kakak, teteh, menawarinya untuk memakai sepatu bekasnya yang sudah kekecilan. “coba dulu gih ara, ini ada sepatu teteh yang sudah kekecilan”. Sambil sedikit merengut karena merasa yakin ukurannya masih terlalu besar untuknya, ara meraih sepasang sepatu yang disodorkan oleh kakak permpuannya itu. “ukurannya kebesaran teh..” suara ara tampak putus asa. “nggak apa-apa, kebesaran dikit kan” ujar emak mencoba menenangkan ara. “sini ara biar emak pasangkan sepatunya”. Sebongkol koran yang diremas-remas kemudian di sumpalkan oleh emak kedalam sepatu ara. “nah, selesai sudah masalahnya kan” emak tersenyum kepada ara. Ara pun kini merasa yakin. “udah sana gih berangkat bareng teteh, keburu kesiangan”. Teteh dan ara pun berangkat bersama. Seperti biasa teteh selalu membawa seember kerupuk untuk dijual sembari berjalan menuju ke sekolahnya. “emak, teteh dan ara berangkat sekolah dulu ya” teteh berpamitan sambil mencium kedua tangan emaknya. “Agil jaga emak dirumah ya, jangan nakal!” ara berpesan kepada adiknya yang mungil itu. Keduanya pun berjalan beriringan. Ara tampak begitu lucu berjalan dengan sepatunya yang kebesaran. Kasih sayang, kebersamaan dan keharmonisan yang benar-benar tidak tergantikan.

Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah Keluarga…
Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
mentari hari ini berseri indah
Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Penuh hati berkata dari kami putra putri yang siap berbakti..

Rimby Kamesworo
Jakarta, 13 Juli 2014, 15.36

One Comment

Leave a comment